√Subhanallah! Nama Yerussalem Dalam Al-Qur'an 70 Kali Disebutkan Hikmah Doa

√Subhanallah! Nama Yerussalem Dalam Al-Qur'an 70 Kali Disebutkan Hikmah Doa -Sobat Doa yang luar biasa Kumpulan Hikmah Doa, Amalan yang murah dan dapat dilakukan oleh setiap makhluk hidup di alam raya ini adalah Doa, doa yang dipanjatkan dapat dilakukan oleh siapa saja baik itu dilakukan dengan cara berdoa dalam hati atau dilakukan secara jama'ah atau secara terbuka. Dalam hal ini amaliyah √Subhanallah! Nama Yerussalem Dalam Al-Qur'an 70 Kali Disebutkan Hikmah Doa dilakukan senantiasa untuk mendekatkan diri kepada sang pencipta, selagi cara dan tujuannya baik. Doa juga bisa memotivasi kita dalam banyak hal. Sebab ikhtiyar yang dilakukan tanpa adanya sebuah doa,akan menjadikan proses pencapaian kita yang kurang berkah dan manfaat. Walaupun yang terkadang yang kita lakukan berhasil dan suskses.

Dengan adanya doa kita diajarakan untuk tidak mudah menyerah, dan tidak pula diajarakan untuk berambisi meraih sesuatu dengan cara mengebu-gebu dengan menghalalkan segara cara atau siasat yang kita rencanakan. Sebab pada dasarnya semua ikhtiyar yang kita lakukan akan kembali lagi ke hakikat sang Pencipta Alam Raya ini.Untuk itu lakukan √Subhanallah! Nama Yerussalem Dalam Al-Qur'an 70 Kali Disebutkan Hikmah Doa sesuai dengan kadar dan boobo yang kita bisa. Lakukan hal yang terbaik dan selebihnya pasrahkan kepada-Nya.

Sebab manusia hanyalah seorang hamba Tuhan yang cuma bisa berusaha dan meminta baik pertolongan dan perlindungan kepadanya. Dengan cara yang santun dan penuh keoptimisan lantunan doa kita panjatkan untuk meraih sebuah kesuksesan yang akan kita jalankan. Tak lupa adab dan tatacara berdoa kita lakukan dengan cara yang terbaik sehingga proses √Subhanallah! Nama Yerussalem Dalam Al-Qur'an 70 Kali Disebutkan Hikmah Doa dapat kita lakukan dengan mudah.

Terkdang kita sendiri lupa akan kedudukan kita sebagai hamba Tuhan, sehingga kita menuntut banyak apa yang telah kita kerjakan dan kesuksesan membuat lupa kita akan nilai-nilai Agamanya, cuma mementingkan urusan dunia saja. Dan selayaknya kita sebelum melkaukan amaliyah baik itu doa atau hal lainnya sebaiknya untuk membaca istigfar dan sholawat terlebih dahulu, biar kita ingat siapa dan bagaimana sejatinya kita ini.

Proses penghambaan yang sejati dan totalitas tanpa memikirkan hal-hal yang beradai-andai inilah yang akan membuat kita menjadi manusia yang taat dan sempurna sehingga tidak tergerus oleh hingar-bingar dan gemerlapnya dunia ini.

Proses seperti inilah yang nantinya akan menjadikan kita sebagai manusia insan kamil yang sejati.Dan menjadi Abdi hamba Tuhan yang sempurna dalam segala hal. Dan proses seperti inilah yang mungkin agaknya jarang kita jumpai dijaman sekarang ini.

√Subhanallah! Nama Yerussalem Dalam Al-Qur'an 70 Kali Disebutkan Hikmah Doa , rukun dan syarat menjadi muntlak harus dilakukan untuk mencapai kesempurnaanya. detail dan jelasya bisa kita liat penjelasan tersebut dibawah ini:

Baca juga:


Blog Khusus Doa - Yerusalem, nama itu terus bergema di hati sebagian umat Kristen, Yahudi dan Muslim, sejak berabad-abad sengketa berdarah dan sejarah bersama. Dalam bahasa Ibrani disebut Yerushalayim dan dalam bahasa Arab disebut al-Quds, Yerusalem merupakan salah satu kota tertua di dunia. Di masa lalu, kota ini pernah berulang kali direbut, ditaklukan, dihancurkan dan dibangun kembali oleh berbagai pihak, dan seakan setiap lapisan buminya mengungkapkan berbagai potongan sejarah masa lalu.

Permukiman pertama di sana diduga berasal dari masa empat ribu tahun sebelum Masehi. Dalam pandangan Islam, Yerusalem mendapatkan posisi yang istimewa. Nabi Ibrahim, Nabi Ishaq, Nabi Daud, Nabi Sulaiman, dan Nabi Isa, misalnya, pernah mendiami kota tersebut dan menyebarkan ajaran tauhid. Selain itu, kiblat pertama umat Islam, Masjid al-Aqsha, terletak di Yerusalem. Termasuk di dalamnya adalah Qubbat ash-Shakhrah (Dome of the Rock), yang diyakini sebagai tempat Nabi Muhammad SAW berpijak sebelum Allah memberangkatkannya ke Sidratul Muntaha. Alquran surat al-Isra ayat kesatu mengabadikan perjalanan Isra-Miraj Rasulullah SAW ini dengan secara eksplisit menyebutkan nama Masjid al-Aqsha (harfiah: masjid yang terjauh).

Dilansir dari laman republika, Abdallah el-Khatib dalam artikelnya, Jerusalem in the Quran (British Journal of Middle Eastern Studies, Mei 2001) menjelaskan bahwa di dalam Alquran nama Yerusalem 70 kali disebutkan, baik secara eksplisit maupun implisit. Semua itu tersebar dalam 21 surat. Di antaranya termasuk sebutan Tanah Suci (al-ardha al-muqoddasat), Tanah yang Diberkati, dan Kota yang Diberkati. Misalnya, pada surat al-Maidah ayat 21, surat al-Araf ayat 137, surat al-Anbiya ayat 71 dan ayat 81, serta surat Saba ayat 18.

Dalam perspektif Islam pula, sejarah Yerusalem dapat ditarik dari peristiwa keluarnya Bani Israil dari Mesir di bawah pimpinan Nabi Musa. Alquran surat al-Maidah, misalnya, mengisahkan bagaimana Bani Israil menolak perintah Allah untuk berjuang merebut Yerusalem. Bahkan, secara kurang ajar mereka berkata, sebagaimana diabadikan dalam surat al-Maidah ayat 24 yang artinya: Pergilah kamu (Nabi Musa) bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti disini saja.

Akhirnya, Allah mentakdirkan Bani Israil tidak dapat memasuki Yerusalem sampai munculnya Nabi Yusya bin Nun. Di bawah komandonya, Bani Israel bangkit berjuang melawan bangsa Filistin untuk merebut Yerusalem, meskipun tidak sepenuhnya berhasil. Barulah sekitar seribu tahun sebelum Masehi, balatentara Bani Israil kembali angkat senjata. Kali ini, bangsa Filistin dipimpin Jalut, sedangkan Bani Israel dikomandoi Thalut.

Saat itu, Nabi Daud yang masih berusia muda tampil sebagai pahlawan karena berhasil menumbangkan Jalut. Setelah pemimpin Thalut meninggal dunia, Nabi Daud menjadi penggantinya. Dalam masa kepemimpinan Nabi Daud, Bani Israil mulai membangun Baitul Maqdis sebagai pusat peribadatan. Selanjutnya, putranya yang juga utusan Allah, Nabi Sulaiman, menyempurnakan pembangunan rumah suci itu. Baitul Maqdis ini merupakan cikal bakal Masjid al-Aqsha yang kita kenal sekarang.

Namun, kaum Yahudi memandang cukup berbeda bangunan yang dibina Nabi Sulaiman di Yerusalem itu. Mereka menamakannya Kuil Solomon. Dalam catatan sejarah, Kuil Solomon selesai dibangun pada 950 tahun sebelum Masehi (SM). Sepeninggalan Nabi Sulaiman, kerajaan Bani Israel ini pecah sehingga menjadi rentan terhadap serangan dari luar. Puncaknya, pada 587 SM Raja Babilonia Nebuchadnezzar menyerbu Yerusalem dan menghancurkan Kuil Solomon. Hampir seluruh Bani Israil digiring ke Babilonia untuk menjadi budak.

Nasib baik baru tiba pada 539 SM. Pendiri Kekaisaran Persia, Koresh yang Agung, mengalahkan Kerajaan Babilonia. Kaisar Persia itu membebaskan Bani Israil dari kehinaan dan bahkan mengizinkan mereka kembali ke Yerusalem. Bani Israil lantas membangun kembali Kuil Sulaiman di bawah pimpinan Sheshbazzara. Inilah yang sering disebut sebagai Kuil Kedua. Bangunan ini bertahan cukup lama yakni dalam periode 516 SM hingga tahun 70 M.

Kehancuran Kuil Kedua terjadi dilatari dengan peristiwa sosial-politik. Sejak 63 tahun SM, wilayah Yerusalem dikendalikan Imperium Roma. Pada tahun 66, kaum Yahudi memberontak terhadap penguasa Roma. Pemberontakan ini dijawab dengan serbuan Kaisar Titus empat tahun kemudian atas Yerusalem. Kuil Kedua pun dihancurkan untuk menunjukkan dominasi Roma. Sampai tahun 135, kaum Yahudi hidup dalam kesulitan karena Imperium Roma lebih mendukung paganisme dengan, umpamanya, mendirikan kuil berhala di Yerusalem.

Namun, ajaran Nabi Isa telah menyebar ke luar daerah Yerusalem sejak abad pertama Masehi. Para pengikut Nabi Isa kerap diburu penguasa Roma dan bahkan disiksa, umpamanya, dengan menjadikannya umpan singa di gelanggang Colosseum. Nasib baik menghampiri kaum Kristen pada abad ketiga. Kaisar Konstantin I mendeklarasikan dukungannya terhadap ajaran Kristen.

Dengan demikian, status Yerusalem kembali dipulihkan sebagai kota yang dihormati penguasa. Salah satu warisan kaisar tersebut adalah Gereja Makam Suci (The Church of the Holy Sepulchre). Menurut kepercayaan Kristen, di sanalah lokasi Yesus disalib dan jasadnya sempat dimakamkan, untuk kemudian diyakini kosong karena Yesus bangkit kembali.

Sampai abad ketujuh, setidaknya ada tiga peristiwa besar yang berlangsung di Yerusalem. Pertama, serbuan tentara Persia (Sasanid) pada 614 yang berakibat pembantaian atas 60 ribu orang Kristen di Yerusalem. Lebih dari 30 ribu orang Kristen lainnya dibawa ke Persia untuk menjadi budak. Bangunan peribadatan Kristen di Yerusalem pun ikut diluluh-lantakkan.

Kedua, Kaisar Romawi Timur Heraclius kembali menguasai Yerusalem pada 629. Kali ini, orang-orang Yahudi menjadi sasaran untuk dibunuh. Sementara itu, Heraclius juga memulihkan kembali hegemoni Dunia Kristen atas Yerusalem sepeninggalan kekuatan Persia di sana. Saat dua peristiwa besar itu berlangsung, Islam mulai mengukuhkan pengaruhnya di Semenanjung Arab, khususnya setelah Penaklukan Makkah terjadi pada 630.

Ketiga, pembebasan Yerusalem oleh umat Islam di bawah kepemimpinan Umar bin Khaththab. Di masa khalifah kedua itu, baik kekaisaran Persia maupun Romawi Timur sedang mengalami degradasi. Sementara, umat Islam sedang bersemangat menyebarkan ajaran Rasulullah SAW ke luar Arab, antara lain, dengan jalan penaklukan. Pada 20 Agustus 636, tentara Muslim menang melawan pasukan Romawi Timur di Perang Yarmuk. Pada Juli 637, kaum Muslim berhasil mengepung Yerusalem.

Seperti digambarkan Karen Armstrong dalam bukunya, Jerusalem: One City Three Faiths, Khalifah Umar mendengar kabar tentang sikap keras pemuka Kristen Yerusalem, Sophronius. Dia menginginkan agar kunci gerbang Yerusalem diserahkan kepada Umar langsung, alih-alih pemimpin militer lapangan. Maka, datanglah Khalifah Umar ke sana, sedangkan Sophronius dan bawahannya telah menyiapkan gelaran upacara yang terkesan mewah demi menghormati Umar.

Begitu melihat kedatangan Umar, Sophronius dan kaum Kristen setempat terheran-heran. Pasalnya, sang khalifah tampil dengan busana yang biasa dikenakannya di Madinah: baju dengan bahan kain kasar, selayaknya rakyat miskin. Bagi Karen, agaknya para pemuka Kristen Yerusalem merasa tersentuh, betapa pemimpin Muslim itu lebih menghayati ajaran Yesus tentang empati kepada kaum papa ketimbang mereka.

Umar juga menunjukkan pentingnya gagasan welas asih lebih dari siapapun penakluk Yerusalem sebelumnya, mungkin selain Nabi Daud. Dia (Umar bin Khaththab) menerapkan penaklukan yang paling damai dan paling tanpa pertumpahan darah sepanjang sejarah panjang kota itu (Yerusalem) yang penuh kesedihan dan tragedi, tulis Karen Armstrong lagi.

Khalifah Umar juga menolak berdoa (shalat) di dalam gereja. Alasannya disampaikan kepada Sophronius. Umar tidak ingin gereja itu kemudian diubah oleh tentara Muslim menjadi masjid hanya karena pemimpinnya pernah berdoa di sana. Umar juga peka terhadap kaum Yahudi. Sejarah mencatat, selama kuatnya dominasi Romawi Timur di Yerusalem, kaum Kristen setempat menjadikan sisa bangunan Kuil Kedua yang dihancurkan Persia sebagai tempat sampah. Ini tentunya menyakiti perasaan kaum Yahudi.

Begitu melihat penampakan bangunan itu, Khalifah Umar untuk sesaat terkejut. Namun, seperti dituturkan sejarawan Mujir al-Din, Umar kemudian mengambil beberapa batu yang menimbun bekas Kuil Kedua itu. Tindakan Umar ini segera diikuti seluruh pasukan Muslim. Beberapa saat kemudian, situs tersebut tampak lebih bersih dari semula.

Umar sebagaimana seluruh kaum Muslim pada saat itu memahami benar signifikansi Yerusalem bagi tiga umat yang mengakui kenabian Ibrahim AS. Hanya saja, berbeda daripada penguasa Kristen maupun Yahudi yang saling mendiskreditkan satu sama lain, Khalifah Umar berupaya menjadikan Yerusalem sebagai rumah yang terbuka untuk kaum Muslim, kaum Kristen, dan kaum Yahudi.

Khalifah Umar selanjutnya memanggil Kaab bin Ahbar, seorang Muslim yang dahulunya beragama Yahudi untuk dimintai pendapatnya. Sahabat Nabi SAW bergelar al-Faruq ini ingin memastikan lokasi situs-situs di Yerusalem yang bersejarah dalam perspektif Yahudi. Sang khalifah juga mengajak para pemuka Yahudi dari Tiberia untuk ikut merestorasi kawasan Yerusalem. Bahkan, al-Faruq membolehkan 70 keluarga Yahudi Tiberia untuk menetap di Yerusalem. Menurut Karen Armstrong, baru di zaman Umar inilah kaum Yahudi melihat adanya harapan untuk hidup damai di Yerusalem.

Sejarah mencatat, tidak ada satu pun orang Kristen atau orang Yahudi kala penaklukan itu dipaksa memeluk Islam. Alih-alih pemaksaan, Khalifah Umar memerintahkan agar orang-orang taklukan diberikan perlindungan dan keamanan, baik atas diri maupun harta benda mereka. Selain itu, tentara Muslim juga dilarang menghalangi jalan masuk ke setiap gereja. Gubernur Yerusalem dilarang keras menyakiti orang-orang non-Muslim (kafir dzimmi). Lantaran aturan yang ketat tetapi penuh toleransi ini, tulis Karen Armstrong, kaum Kristen dari Nestorian dan Monofisit bahkan lebih menyukai Yerusalem di bawah kekuasaan Muslim, alih-alih Romawi Timur dahulu.

Setelah masa Khulafaur Rasyidin, kedamaian relatif masih menaungi Yerusalem. Pada 687, khalifah dari Dinasti Umayyah, Abdul Malik, memulai pembangunan Qubbat ash-Shakhrah (Dome of the Rock) di lokasi sebuah batu besar yang diyakini tempat berpijaknya Nabi Muhammad SAW sebelum menjalani Miraj ke Sidratul Muntaha. Bagaimanapun, sang khalifah juga menghendaki Qubbat ash-Shakhrah sebagai daya tarik para peziarah yang datang dari pelbagai penjuru dunia ke Yerusalem.

Empat tahun kemudian, kompleks ini selesai dibangun. Demikianlah, hingga tutup era abad ketujuh Masehi, dunia menyaksikan Yerusalem yang relatif tenteram bila dibandingkan masa-masa sebelumnya. Islam terbukti hadir dengan membawa toleransi yang penuh penghormatan terhadap kepercayaan-kepercayaan lain.

Situasi tersebut tidak bertahan selamanya. Memasuki abad ke-11, orang-orang Turki Seljuk menguasai Yerusalem dan melarang peziarah Kristen untuk memasukinya. Pada 1096, sekitar 100 ribu pasukan Salib datang ke Yerusalem untuk merebut kekuasaan. Bukan hanya kaum Muslim, bahkan sesama Kristen (Timur) pun menjadi korban kebiadabannya. Ketika petinggi Tentara Salib berhasil menguasai Yerusalem, kaum Yahudi dan kaum Muslim mengalami kesulitan untuk beribadah di sana. Keadaan relatif tenang untuk tiga umat agama ketika Sultan Shalahuddin al-Ayyubi dan Richard the Lion-Hearted menyepakati gencatan senjata pada 1192.

Sampai pertengahan abad ke-16, Yerusalem pada umumnya dikuasai sejumlah kesultanan Islam. Situasi pun dapat dikatakan berimbang. Bahkan, selanjutnya pada 1816 penguasa Muslim mengizinkan kaum Yahudi untuk masuk lebih leluasa ke Yerusalem. Dampaknya, populasi Yahudi kian meningkat pesat sejak saat itu. Pada akhir abad ke-19, pergerakan Zionisme yang digagas Theodore Herzl semakin pesat, sedangkan kesultanan Turki yang menguasai Yerusalem cenderung melemah. Puncaknya, dominasi penguasa Muslim atas Yerusalem runtuh pada 1917 atau 20 tahun setelah Kongres Zionis Sedunia yang pertama di Basel, Swiss. Turki menyerah terhadap Inggris Raya. Sementara itu, Dunia Arab terpecah-belah ke dalam banyak negara atas sokongan Barat.

JIKA ARTIKEL INI BERMANFAAT, SHILAKAN SHARE KE TEMAN-TEMAN KALIAN


Harapan kami semoga artikel √Subhanallah! Nama Yerussalem Dalam Al-Qur'an 70 Kali Disebutkan Hikmah Doa bermanfaat

Dan dapat memberikan nilai lebih bagi pembaca
Serta segala hal yang tidak salah kata atau ejakan serta hal-hal yang kurang berkenan sekirnaya sudi untuk meninggalkan komentar diibawah
Serta kami informasiskan bahwa artikel ini kami ambil dari berbagai sember internet baik Google,Bing
Untuk itu kami hanya memaparkan saja dan untuk kajian lebih mendalamnya bisa sodara tanyakan kepada ulama atau guru-guru terdekat disekitar anda, sekian artikel dari kami.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "√Subhanallah! Nama Yerussalem Dalam Al-Qur'an 70 Kali Disebutkan Hikmah Doa"

Posting Komentar